Sekeping Kisah Humor Bersama KH Hasyim Muzadi dan Gus Dur
—
Sabtu, 30 September 2017
—
Add Comment
—
Kajian Islam
Oleh: Prof. Mahfud MD*
"Ya, mengenang Kyai Hasyim adalah mengenang humor-humor yang tidak menyakiti tapi masuk ke substansi." (Prof. Mahfud MD, 2017)
Saya
pribadi mengenang Kiai Hasyim sebagai kawan yang selalu ceria dan
menyenangkan. Pembawaannya tenang dan tampak tidak pernah gelisah.
Saya
tidak pernah melihat Kiai Hasyim marah atau berbicara dengan nada
tinggi. Cara bicaranya lembut, tidak menggelegar, dan bahkan lebih
banyak melucu.
Almarhum memang mempunyai
kesamaan dengan Gus Dur. Yakni, sangat suka berhumor ria. Dulu saya
selalu menikmati humor berkelas jika Kiai Hasyim ngobrol dengan Gus Dur.
Tetapi, humor dua tokoh NU itu sama sekali tidak sarkastis. Tidak menyakiti siapa pun meskipun subjek dan objek humornya jelas.
Gus
Dur maupun Kiai Hasyim bisa melontarkan humor-humor yang sangat kocak
di kursi ruang tamu dengan jumlah orang terbatas maupun di podium saat
berpidato di depan ribuan orang.
Kiai
Hasyim itulah yang mengatakan bahwa di NU itu ada tradisi menyelesaikan
masalah dengan gergeran (tertawa riuh) daripada dengan gegeran
(ribut-ribut).
Sebagai tokoh NU yang
ditempa melalui Gerakan Pemuda Ansor, Kiai Hasyim sering menjadikan
Ansor dan NU sebagai materi humornya. Suatu kali dia berpidato bahwa
kita harus bersyukur karena sekarang ini anak-anak Ansor sudah maju dan
modern. Banyak yang mempunyai dua handphone dengan casing yang
bagus-bagus. "Tapi, ya begitu, mereka tidak pernah menelepon dengan
HP-nya karena tidak kuat membeli pulsa. Bolak-balik hanya missed call
biar ditelepon balik,'' katanya.
Kiai
Hasyim juga mengatakan, kita harus bersyukur karena sekarang ini sudah
banyak anak NU yang bisa bersekolah atau mondok ke Makkah dan Madinah.
"Tapi sayangnya, setelah pulang, mereka tidak mendirikan pondok
pesantren, melainkan perusahaan travel umrah. Tidak menjadi ulama,
melainkan cukup menjadi guide haji dan umrah,'' katanya.
Cerita
lucu lainnya adalah ketika pada suatu hari Gus Dur ada acara di Malang
dan dijemput Barisan Serbaguna Ansor (Banser) dengan seragam yang gagah
dan komandannya mengendalikan anak buahnya dengan "handy talky" (HT).
Terjadi hal yang lucu ketika Gus Dur tiba dan sang komandan Banser memberi komando kepada anak buahnya. "Assalamualaikum, roger, roger. Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di lapangan terbang Abdurrahman Wahid. Semuanya siap? Ganti,'' ujar sang komandan Banser.
Sambil terkekeh, Kiai Hasyim bilang bahwa Banser itu lucu, lugu, dan ndheso.
Semua
orang dihalau oleh Banser agar tidak bersalaman dengan Gus Dur, tapi
Banser sendiri saling berebut untuk menyalami bahkan berfoto-foto dengan
Gus Dur sehingga perjalanan malah lebih terhambat.
Anak-anak
Banser biasanya bertepuk riuh dan senang digoda seperti itu oleh Kiai
Hasyim. Maklum, Kiai Hasyim dibesarkan dan pernah lama ikut memimpin
Ansor. Namun, harus dicatat, dengan kesukaannya pada humor itu, tak
berati Kiai Hasyim hanya suka berseloroh.
Humor-humornya
selalu bernas, memuat atau mengantar ke pesan-pesan yang serius,
terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan Kiai Hasyim
selalu serius, tetapi disampaikan dengan santai sehingga sering disebut
pesan "sersan" (serius tapi santai).
Almarhum
selalu berpesan agar Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin.
Islam harus ramah dan menjaga kekukuhan ikatan kebangsaan (nasionalisme)
Indonesia tanpa boleh memaksa-maksa atau bersikap tidak toleran
terhadap kelompok-kelompok lain.
Pada diri
Kiai Hasyim ada integrasi ide antara keindonesiaan dan keislaman. Pada
diri Kiai Hasyim juga ada contoh bagaimana menjadi warga negara yang
mencintai kebersatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia dan mengamalkan
ajaran Islam sebagai prinsip penuntun hidup sebagai muslim.
Itulah sersannya KH Hasyim Muzadi. Selamat jalan, Cak. Sampaikan salam rindu saya kepada Gus Dur di alam sana. Allahumma ighfir li-Hasyim Muzadi. []
*Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
-------------------------
--Sumber Tulisan: JPNN & Madaniy.com (Jum'at, 17 Maret 2017) --Foto: Dokumentasi saat Prof. Mahfud MD bersama KH. Hasyim Muzadi, Prof. Alwi Shihab, Gus Dur dan KH. Abdullah Faqih tahun 2002. |
0 Response to "Sekeping Kisah Humor Bersama KH Hasyim Muzadi dan Gus Dur"