Pages

Sabtu, 30 September 2017

Kisah Nyata, PKI tak Berani Geledah Rumah yang Terdapat Logo NU




MusliModerat.net - Pada hari ini, setiap tanggal 30 september, memori saya selalu ingat kembali pada masa kanak-kanak saat masih duduk di kelas 3 SD (Taman Siswa di Malang). Saya hidup bersama orang tua dan dua adik. Ketika itu Bapak masih aktif sebagai anggota ABRI dan bertugas di Kodam Brawijaya V Malang.

Dalam benak, ada kenangan hitam yang selalu mengusiku, peristiwa yang terjadi sekitar pertengahan Agustus 1965 menjelang Gestapu - Gerakan September Tiga Puluh (G-30-S/PKI).

Kami hidup di sebuah dusun, namanya Glintung, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, di sebuah gang kalau tidak salah namanya gang Meriah. Setiap memperingati hari kemerdekaan RI memang di kelurahan diacarakan besar-besaran. Pergelaran tari dan nyanyian menjadi perhatian masyarakat sekitar. Tari dan nyanyian yang selalu dimunculkan antara lain "Jer-genjer" serta drama perjuangan perlawanan kaum tani.

Lagu ini sangat populer, dari anak sampai kakek nenek dan fasih melantunkannya. Lirik lagu ini mudah dihafal dan akrab irama nyanyiannya. Sampai sekarangpun saya masih mengingatnya.
Namun sekitar akhir Agustus atau awal September 1965, di gang Meriah terjadi keributan, di mata saya tampak sejumlah orang (yang kemudian diketahui kelompok PKI) menggeladah setiap rumah, mulai dari timur, sampai ujung barat, sedang posisi rumah kami di sebelah barat. Entah apa yang digeledah, namun yang tampak penghuni rumah dipaksa keluar dan sesekali terdengar bunyi tembakan.

Pada saat giliran rumah kami, cuma ibu yang menghadapi mereka, sedang kami diititipkan di rumah depan (yang sudah digeledah) yang kebetulan dari keluarga orang Madura. Namun tampak beberapa saat sekelompok orang dari PKI itu tidak melakukan penggeladahan, bahkan cepat-cepat keluar dan kembali ke arah timur.

Sedang Bapak saat itu tidak ada di tempat, karena sedang melaksanakan tugas perlawanan terhadap gerombolan PKI di wilayah Malang Selatan. Beberapa hari kemudian, sekembali Bapak pulang dari tugas, ibu menceritakan semua peristiwa tersebut. Bapak tampak geram, kemudian menceritakan bahwa sikap PKI tidak menggeledah rumah karena di dinding emper rumah terpampang poster dan logo Nahdhatul Ulama (NU). Sama seperti yang terjadi pada warga asal Madura di depan rumah.

Kisah ini diperjelas oleh Bapak ketika kami memasuki usia remaja di rumah tinggal Sumenep. Pasca Gestapu (G30S/PKI) sekitar pertengahan Oktober 1965, kami pulang (pindah) ke kampung halaman, sementara Bapak masih tetap di Malang sambil menunggu masa pensiunnya satu tahun kemudian.

Bapak memang kerap bercerita kisah-kisah saat berperang, mulai sekitar Madiun, Bandung, Makasar saat menumpas kelompok Kahar Musakar sampai bertugas di Colombo. Kisah tentang saat terjadi penggeledahan PKI tersebut, Bapak menjelaskan bahwa pada saat tengah malam sepulang dari tugas beliau mencabut papan nama milik PKI yang yang terbuat dari kayu yang terpampang di pinggir jalan raya, lalu dipotong-potong kemudian dibakar. Dan itulah yang menjadi kemarahan PKI.

Memang pada saat menjelang 30 September 1965 suasana Malang cukup membara. Dan saya sempat menyaksikan ketika diajak ibu ke warung di jalan raya,para prajurit tentara tampak siap tempur. Di sejumlah ruas jalan juga tampak kubu pertahanan dari tumpukan pasir dalam karung goni berjejeran. Dan tepat hari H G30S/PKI, benar-benar suasana langit terasa riuh oleh suara tembakan, dentingan peluru yang sempat singgah ke genteng membuat para warga tidak berani keluar rumah.

Setelah suasana tembakan agak reda, sekitar sore hari, saya sempat keluar rumah dan berkeinginan bermain ke arah barat, yang biasa saya dan teman seusia suka bermain. Yakni sebuah tanah lapang, yang juga tempat anak-anak bermain sepak bola.

Tapi kenyataannya jadi beda, yang tampak hanya orang-orang (mayat-mayat) bergelimpangan dan ketika itu saya tidak paham dari mana mayat itu datang. Tapi menurut cerita Bapak, tempat tersebut memang dijadikan penempatan sementara mayat-mayat korban pemberontakan baik dari pejuang maupun anggota PKI.

GANYANG PKI

******
(Kisah nyata ini, saya persembahkan untuk Bapak kami, Moch. Syakwar, prajurit tentara yang sampai akhir tugasnya berpangkat kopral yang kini bersemayam di Taman Makam Pahlawan. "Nak, kamu tidak perlu berjuang di medan perang, musuh-musuh negara akan selalu berada di depanmu", begitu pesan ketika saya berkeinginan menjadi tentara dulu)

Dishare dari Syaf Anton

Din Syamsuddin: Anak PKI tidak mewarisi dosa orang tuanya, Harus Dirangkul, jangan Disalahkan


MusliModerat.net -  Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai, tak seyogianya keturunan aktivis PKI yang terlibat peristiwa 1965 mewarisi 'dosa' para orang tuanya. Pihaknya meminta untuk merangkul mereka menjadi bagian komponen untuk membangun bangsa ke depan.

"Saya berpendapat, anak-anak keluarga dan keturunan PKI yang terlibat dalam 1965 itu tidak seyogianya mewarisi 'dosa' atau kesalahan orang tuanya. Alquran sudah menyatakan, seseorang tidak dapat mewarisi dosa orang lain," kata Din di Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (23/9). 

Kata Din, mereka adalah anak-anak bangsa apalagi mayoritas muslim yang baik dan taat beragama. Karena itu, harus dirangkul sebagai saudara sebangsa, bahkan seagama. 

"Jadi tidak perlu, kemudian kesalahan atau tuduhan segala macam itu kita kenakan pada generasi-generasi penerus. Tapi juga jangan sampai keluarga itu berkeinginan untuk menghidupkan kembali komunisme, karena itu anti Pancasila," sambungnya.

Din juga mengingatkan, pemerintah agar bersifat adil dalam menangani 'isme-isme' yang dicurigai anti Pancasila. Pemerintah harus bergerak berdasarkan ketentuan yang berlaku. 

"Jangan sampai yang terkait dengan organisasi Islam yang dianggap anti Pancasila kemudian dibubarkan. Sementara isme-isme yang lain itu, tidak perlakukan yang sama. Itu ketidakadilan yang tidak boleh terjadi," katanya. 

Din juga berpesan, agar bangsa ini jangan terlalu banyak memperdebatkan sesuatu yang sudah fakta sejarah dan berkekuatan hukum. Karena masalah-masalah lain masih banyak yang harus diselesaikan. 

Akibat perdebatan yang kurang menguntungkan membuat bangsa ini kehilangan fokus. Padahal banyak masalah korupsi, penyimpangan uang negara yang seolah-olah terlupakan.

"Jangan sampai melupakan yang lama, tapi juga jangan lupa masalah baru," tegasnya. 

Pihaknya juga mengaku mendukung upaya rekonsiliasi yang pernah digagas sejumlah pihak beberapa tahun lalu. Karena memang anak dan keturunan para aktivis PKI yang terlibat pemberontakan 1965 tidak sepatutnya mendapatkan stigma negatif yang terus melekat. 

"Saya termasuk yang mendukung (rekonsiliasi). Keluarga dan anak-anak PKI, mereka itu sebenarnya saudara-saudara kita. Jangan pula mereka dituduh, atau juga sangat manusiawi tidak mau seperti itu. Karena itu, kembalikan bangsa ini pada Pancasila di dalamnya ada agama di situ," pungkasnya. [rnd/merdeka.com]

Sekeping Kisah Humor Bersama KH Hasyim Muzadi dan Gus Dur




Oleh: Prof. Mahfud MD*

"Ya, mengenang Kyai Hasyim adalah mengenang humor-humor yang tidak menyakiti tapi masuk ke substansi." (Prof. Mahfud MD, 2017)
Saya pribadi mengenang Kiai Hasyim sebagai kawan yang selalu ceria dan menyenangkan. Pembawaannya tenang dan tampak tidak pernah gelisah.
Saya tidak pernah melihat Kiai Hasyim marah atau berbicara dengan nada tinggi. Cara bicaranya lembut, tidak menggelegar, dan bahkan lebih banyak melucu.
Almarhum memang mempunyai kesamaan dengan Gus Dur. Yakni, sangat suka berhumor ria. Dulu saya selalu menikmati humor berkelas jika Kiai Hasyim ngobrol dengan Gus Dur.
Tetapi, humor dua tokoh NU itu sama sekali tidak sarkastis. Tidak menyakiti siapa pun meskipun subjek dan objek humornya jelas.

Gus Dur maupun Kiai Hasyim bisa melontarkan humor-humor yang sangat kocak di kursi ruang tamu dengan jumlah orang terbatas maupun di podium saat berpidato di depan ribuan orang.
Kiai Hasyim itulah yang mengatakan bahwa di NU itu ada tradisi menyelesaikan masalah dengan gergeran (tertawa riuh) daripada dengan gegeran (ribut-ribut).
Sebagai tokoh NU yang ditempa melalui Gerakan Pemuda Ansor, Kiai Hasyim sering menjadikan Ansor dan NU sebagai materi humornya. Suatu kali dia berpidato bahwa kita harus bersyukur karena sekarang ini anak-anak Ansor sudah maju dan modern. Banyak yang mempunyai dua handphone dengan casing yang bagus-bagus. "Tapi, ya begitu, mereka tidak pernah menelepon dengan HP-nya karena tidak kuat membeli pulsa. Bolak-balik hanya missed call biar ditelepon balik,'' katanya.

Kiai Hasyim juga mengatakan, kita harus bersyukur karena sekarang ini sudah banyak anak NU yang bisa bersekolah atau mondok ke Makkah dan Madinah. "Tapi sayangnya, setelah pulang, mereka tidak mendirikan pondok pesantren, melainkan perusahaan travel umrah. Tidak menjadi ulama, melainkan cukup menjadi guide haji dan umrah,'' katanya.
Cerita lucu lainnya adalah ketika pada suatu hari Gus Dur ada acara di Malang dan dijemput Barisan Serbaguna Ansor (Banser) dengan seragam yang gagah dan komandannya mengendalikan anak buahnya dengan "handy talky" (HT).
Terjadi hal yang lucu ketika Gus Dur tiba dan sang komandan Banser memberi komando kepada anak buahnya. "Assalamualaikum, roger, roger. Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di lapangan terbang Abdurrahman Wahid. Semuanya siap? Ganti,'' ujar sang komandan Banser.
Sambil terkekeh, Kiai Hasyim bilang bahwa Banser itu lucu, lugu, dan ndheso.

Semua orang dihalau oleh Banser agar tidak bersalaman dengan Gus Dur, tapi Banser sendiri saling berebut untuk menyalami bahkan berfoto-foto dengan Gus Dur sehingga perjalanan malah lebih terhambat.
Anak-anak Banser biasanya bertepuk riuh dan senang digoda seperti itu oleh Kiai Hasyim. Maklum, Kiai Hasyim dibesarkan dan pernah lama ikut memimpin Ansor. Namun, harus dicatat, dengan kesukaannya pada humor itu, tak berati Kiai Hasyim hanya suka berseloroh.
Humor-humornya selalu bernas, memuat atau mengantar ke pesan-pesan yang serius, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan Kiai Hasyim selalu serius, tetapi disampaikan dengan santai sehingga sering disebut pesan "sersan" (serius tapi santai).

Almarhum selalu berpesan agar Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin. Islam harus ramah dan menjaga kekukuhan ikatan kebangsaan (nasionalisme) Indonesia tanpa boleh memaksa-maksa atau bersikap tidak toleran terhadap kelompok-kelompok lain.
Pada diri Kiai Hasyim ada integrasi ide antara keindonesiaan dan keislaman. Pada diri Kiai Hasyim juga ada contoh bagaimana menjadi warga negara yang mencintai kebersatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia dan mengamalkan ajaran Islam sebagai prinsip penuntun hidup sebagai muslim.
Itulah sersannya KH Hasyim Muzadi. Selamat jalan, Cak. Sampaikan salam rindu saya kepada Gus Dur di alam sana. Allahumma ighfir li-Hasyim Muzadi. []

*Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)

-------------------------
--Sumber Tulisan: JPNN & Madaniy.com (Jum'at, 17 Maret 2017)
--Foto: Dokumentasi saat Prof. Mahfud MD bersama KH. Hasyim Muzadi, Prof. Alwi Shihab, Gus Dur dan KH. Abdullah Faqih tahun 2002.

Doa Manjur Kiai Akyas Buntet Saat Menumpas PKI


MusliModerat.net - Polemik peristiwa Gerakan 30 September tak kunjung berakhir. Beberapa pihak mengklaim dirinya tidak bersalah. Bersamaan dengan itu, mereka juga saling tuduh institusi anu yang salah. Simpang siur informasi ini membuat masyarakat bingung.

Tulisan ini tidak akan mengupas perihal konflik siapa yang paling bertanggung jawab, atau siapa yang salah dalam peristiwa tragis tersebut. Penulis teringat saat mengaji pada K.H. Tb. Ahmad Rifqi Chowas. Beliau berkisah mengenai peristiwa tersebut dalam konteks Buntet Pesantren.

Pada malam yang begitu mencekam di beberapa daerah tersebut, sosok ulama kharismatik Buntet Pesantren K.H. Akyas Abdul Jamil keluar dari ndalemnya. Muqoddam Tarekat Tijaniyyah itu tengadah langsung ke langit tanpa terhalang apapun sembari melafalkan doa ala Nabi Nuh as.

رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْفِيْكَائِيِّيْنَ دَيَّارًا

Ya Tuhanku, jangalah Engkau biarkan di antara orang PKI itu tinggal di atas bumi

Dalam doa Nabi Nuh, kata al-pekaiyyina asalnya al-kafirina, orang-orang kafir. Kiai yang dikenal ahli hadis itu mengganti diksi orang-orang kafir itu dengan orang-orang PKI. Seketika, doa yang dipanjatkan Kiai Akyas itu terkabulkan.


Simposium Perjuangan Kiai NU Korban PKI di Jember Hasilkan Tujuh Rekomendasi untuk Pemerintah




MusliModerat.net -  Aswaja Centre PCNU Kabupaten Jember menggelar Simposium Kebangsaan dan Refleksi Perjuangan Ulama (para kiai dan santri) Korban PKI di Fakultas Hukum Universitas Jember, Jawa Timur, Sabtu.

"Korban kekerasan PKI tidak hanya dari tentara, namun banyak sekali ulama yang juga menjadi korban kekejamannya, seperti yang dialami oleh keluarga Pengasuh Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah KH Lutfi Ahmad," kata Wakil Ketua PCNU Jember Misbahus Salam.

Menurutnya testimoni KH Lutfi Ahmad sebagai saksi hidup karena ayah dan pamannya menjadi korban kekejaman orang-orang PKI juga disampaikan dalam simposium kebangsaan tersebut.

Dalam kegiatan itu, KH Lutfi Ahmad menyampaikan testimoni kekejaman PKI yang telah menyiksa ayahnya KH Ahmad Saif yang ditahan dan disiksa, kemudian pamanya KH Ali Hasan ditembak dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit pada tahun 1965.

"Bermula dari rencana Presiden Soekarno yang akan mengadakan rekonsiliasi dengan melibatkan PKI, maka terjadi pro-kontra dikalangan ulama," kata KH Lutfi Ahmad.

Saat itu, lanjut dia, paman KH Ali Hasan sebagai salah satu diplomat yang dipercaya Presiden Soekarno banyak didatangi ulama dan dimintai pendapat yang akhirnya dibuatlah opsi-opsi untuk disampaikan Kepada Presiden Soekarno.

"Namun dalam perjalanannya di Juanda Surabaya dihadang dan dilakukan penyiksaan oleh orang-orang PKI, bahkan paman saya ditembak dan bapak saya disiksa dan ditahan, sedangkan dokumen yang dibawa dirampas," tuturnya.

Selain KH Lutfi Ahmad, beberapa pembicara yang hadir dalam simposium kebangsaan tersebut yakni Ketua MUI Jember Prof Halim Subahar, Dosen Fakultas Hukum Adam Muhshi dan Komandan Kodim 0824 Letkol Inf Rudianto.
Simposium Perjuangan Ulama Korban PKI di Jember Hasilkan Tujuh Rekomendasi
Rekomendasi
Sementara Direktur Aswaja Centre PCNU Jember KH Abdul Haris mengatakan hasil simposium dan refleksi perjuangan ulama korban PKI tersebut menghasilkan tujuh rekomendasi yakni:
  1. Sejarah harus disampaikan secara utuh dan jangan mengaburkan fakta sejarah sehingga berpotensi menjadikan pelaku sebagai korban dan jangan pula menjadikan korban sebagai pelaku.
  2. Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak-hak warga dan berkewajiban untuk mencerdaskan generasi muda dan menyampaikan fakta sejarah secara utuh tersebut.
  3. Secara faktual tidak sedikit para ulama dan santri yang menjadi korban pembunuhan PKI dalam rentang waktu tahun 1940an-1965 yang di antaranya adalah RKH. Ali Hasan Tempurejo, ulama kharismatik Jember selatan, namun semua pihak hendaknya tidak lagi menyimpan dendam dan bahkan harus saling memaafkan karena pada prinsipnya tidak ada dosa turunan.
  4. Pemerintah tidak perlu melakukan permintaan maaf kepada PKI karena justru akan melukai para korban PKI.
  5. Rekonsiliasi kultural sudah terjadi, sehingga tidak perlu diformalkan kembali yang justeru berpotensi memperjelas perbedaan.
  6. Semua elemen bangsa harus bertanggung jawab untuk membangun bangsa Indonesia dan harus menjaga keutuhan bangsa Indonesia dengan menolak segala bentuk gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
  7. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang sudah final untuk berideologi Pancasila yang berketuhanan Yang Maha Esa, sehingga segala bentuk paham yang bertentangan harus ditolak. (antarajatim)

Rangkaian Sejarah Perjuangan Kaum Santri Hingga Tercetusnya Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama



MusliModerat.net - Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama merupakan rangkaian panjang dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Resolusi Jihad, telah muncul Fatwa Jihad, setelahnya, muncul pertempuran 10 November yang kemudian ditetapkan menjadi hari Pahlawan. Berikut rangkaian sejarah perjuangan kaum santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yang kemudian menjadi dasar lahirnya Hari Santri Nasional 22 Oktober, seperti disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Slamet Effendy Yusuf dalam konferensi press di gedung PBNU, Senin (19/10).

17 Agustus 1945
Siaran berita Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Surabaya dan kota-kota lain di Jawa, membawa situasi revolusioner. Tanpa komando, rakyat berinisiatif mengambil-alih berbagai kantor dan instalasi dari penguasaan Jepang.

31 Agustus 1945
Belanda mengajukan permintaan kepada pimpinan Surabaya untuk mengibarkan bendera Tri-Warna untuk merayakan hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina Armgard.

17 September 1945
Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan sebuah Fatwa Jihad yang berisikan ijtihad bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fi sabilillah. Fatwa ini merupakan bentuk penjelasan atas pertanyaan Presiden Soekarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat Islam.

19 September 1945
Terjadi insiden tembak menembak di Hotel Oranje antara pasukan Belanda dan para pejuang Hizbullah Surabaya. Seorang kader Pemuda Ansor bernama Cak Asy'ari menaiki tiang bendera dan merobek warna biru, sehingga hanya tertinggal Merah Putih.

23-24 September 1945
Terjadi perebutan dan pengambilalihan senjata dari markas dan gudang-gudang senjata Jepang oleh laskar-laskar rakyat, termasuk Hizbullah.

25 September 1945
Bersamaan dengan situasi Surabaya yang makin mencekam, Laskar Hizbullah Surabaya dipimpin KH Abdunnafik melakukan konsolidasi dan menyusun struktur organisasi. Dibentuk cabang-cabang Hizbullah Surabaya dengan anggota antara lain dari unsur Pemuda Ansor dan Hizbul Wathan.Diputuskan pimpinan Hizbullah Surabaya Tengah (Hussaini Tiway dan Moh. Muhajir), Surabaya Barat (Damiri Ichsan dan A. Hamid Has), Surabaya Selatan (Mas Ahmad, Syafi'i, dan Abid Shaleh), Surabaya Timur (Mustakim Zain, Abdul Manan, dan Achyat).

5 Oktober 1945
Pemerintah pusat membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Para pejuang eks PETA, eks KNIL, Heiho, Kaigun, Hizbullah, Barisan Pelopor, dan para pemuda lainnya diminta mendaftar sebagai anggota TKR melalui kantor-kantor BKR setempat.

15-20 Oktober 1945
Meletus pertempuran lima hari di Semarang antara sisa pasukan Jepang yang belum menyerah dengan para pejuang.

21-22 Oktober 1945
PBNU menggelar rapat konsul NU se-Jawa dan Madura. Rapat digelar di Kantor Hofdsbestuur Nahdlatul Ulama di Jalan Bubutan VI No 2 Surabaya. Di tempat inilah setelah membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Di akhir pertemuan pada tanggal 22 Oktober 1945 PBNU akhirnya mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad sekaligus menguatkan fatwa jihad Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.

25 Oktober 1945
Sekitar 6.000 pasukan Inggris yang tergabung dalam Brigade ke-49 Divisi ke-26 India mendarat di Surabaya. Pasukan ini dipimpin Brigjend AWS. Mallaby. Pasukan ini diboncengi NICA (Netherlands-Indies Civil Administration).

26 Oktober 1945
Terjadi perundingan lanjutan mengenai genjatan senjata antara pihak Surabaya dan pasukan Sekutu. Hadir dalam perundingan itu dari pihak Sekutu Brigjend Mallaby dan jajarannya, dari pihak Surabaya diwakili Sudirman, Dul Arnowo, Radjamin Nasution (Walikota Surabaya) dan Muhammad.

27 Oktober 1945
Mayjen DC.Hawtorn bertindak sebagai Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk Jawa, Madura, Bali dan Lombok menyebarkan pamflet melalui udara menegaskan kekuasaan Inggris di Surabaya, dan pelarangan memegang senjata selain bagi mereka yang menjadi pasukan Inggris. Jika ada yang memegangnya, dalam pamflet tersebut disebutkan bahwa Inggris memiliki alasan untuk menembaknya. Laskar Hizbullah dan para pejuang Surabaya marah dan langsung bersatu menyerang Inggris. Pasukan Inggris pun balik menyerang, dan terjadi pertempuran di Penjara Kalisosok yang ketika itu berada dalam penjagaaan pejuang Surabaya.

28 Oktober 1945
Laskar Hizbullah dan Pejuang Surabaya lainnya berbekal senjata rampasan dari Jepang, bambu runcing, dan clurit, melakukan serangan frontal terhadap pos-pos dan markas Pasukan Inggris. Inggris kewalahan menghadapi gelombang kemarahan pasukan rakyat dan massa yang semakin menjadi-jadi.

29 Oktober 1945
Terjadi baku tembak terbuka dan peperangan massal di sudut-sudut Kota Surabaya. Pasukan Laskar Hizbullah Surabaya Selatan mengepung pasukan Inggris yang ada di gedung HBS, BPM, Stasiun Kereta Api SS, dan Kantor Kawedanan. Kesatuan Hizbullah dari Sepanjang bersama TKR dan Pemuda Rakyat Indonesia (PRI) menggempur pasukan Inggris yang ada di Stasiun Kereta Api Trem OJS Joyoboyo.

29 Oktober 1945
Perwira Inggris Kolonel Cruickshank menyatakan pihaknya telah terkepung. Mayjen Hawtorn dari Brigade ke-49 menelpon dan meminta Presiden Soekarno agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pertempuran. Hari itu juga, dengan sebuah perjanjian, Presiden Soekarno didampingi Wapres Mohammad Hatta terbang ke Surabaya dan langsung turun ke jalan-jalan meredakan situasi perang.

30 Oktober 1945
Genjatan senjata dicapai kedua pihak, Laskar arek-arek Surabaya dan pasukan Sekutu-Inggris. Disepakati diadakan pertukaran tawanan, pasukan Inggris mundur ke Pelabuhan Tanjung Perak dan Darmo (kamp Interniran), dan mengakui eksistensi Republik Indonesia.

30 Oktober 1945
Sore hari usai kesepakatan genjatan senjata, rombongan Biro Kontak Inggris menuju ke Gedung Internatio yang terletak disaping Jembatan Merah. Namun sekelompok pemuda Surabaya menolak penempatan pasukan Inggris di gedung tersebut. Mereka meminta pasukan Inggris kembali ke Tanjung Perak sesuai kesepakatan genjatan senjata. Hingga akhirnya terjadi ketegangan yang menyulut baku tembak. Di tempat ini secara mengejutkan Brigjen Mallaby tertembak dan mobilnya terbakar.

31 Oktober 1945
Panglima AFNEI Letjen Philip Christison mengeluarkan ancaman dan ultimatum jika para pelaku serangan yang menewaskan Brigjen Mallaby tidak menyerahkan diri maka pihaknya akan mengerahkan seluruh kekuatan militer darat, udara, dan laut untuk membumihanguskan Surabaya.

7-8 November 1945
Kongres Umat Islam di Yogyakarta mengukuhkan Resolusi Jihad Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari sebagai kebulatan sikap merespon makin gentingnya keadaan pasca ultimatum AFNEI.

9 November 1945
Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari sebagai komando tertinggi Laskar Hizbullah menginstruksikan Laskar Hizbullah dari berbagai penjuru memasuki Surabaya untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH Abbas Buntet Cirebon diperintahkan memimpin langsung komando pertempuran. Para komandan resimen yang turut membantu Kiai Abbas antara lain Kiai Wahab (KH. Abd. Wahab Hasbullah), Bung Tomo (Sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH. Mas Mansur), dan Cak Arnowo (Doel Arnowo).Bung Tomo melalui pidatonya yang disiarkan radio membakar semangat para pejuang dengan pekik takbirnya untuk bersiap syahid di jalan Allah SWT.

10 November 1945
Pertempuran kembali meluas menyambut berakhirnya ultimatum AFNEI. Inggris mengerahkan 24.000 pasukan dari Divisi ke-5 dengan persenjataan meliputi 21 tank Sherman dan 24 pesawat tempur dari Jakarta untuk mendukung pasukan mereka di Surabaya. Perang besar pun pecah. Ribuan pejuang syahid. Pasukan Kiai Abbas berhasil memaksa pasukan Inggris kocar-kacir dan berhasil menembak jatuh tiga pesawat tempur RAF Inggris.[MM]

Viral 'Cerita Para Pendemo ' yang Justru Kepingin Jokowi Terus Jadi Presiden Karena Dapat Order Demo



MusliModerat.net - Sebuah cerita beredar luas di grup WhatsApp Messenger maupun di Facebook, sebuah cerita pendemo yang berharap Jokowi terus jadi Presiden RI.

Belum diketahui kebenaran tentang kisah ini, tapi status yang diunggah oleh akun tersebut bersama video para pendemo 299 ini jadi viral.
Cerita tersebut berisi percakapan pendek antara seseorang dengan dua orang pendemo yang makan di warteg.
Saat ditanya sedang demo apa mereka mengaku tak tahu yang penting ikut karena diajak dan mendapat imbalan uang buat keluarga.
Uniknya pendemo tersebut malah berharap Jokowi terus jabat presiden agar mereka selalu mendapat order demo.

Berikut isi cerita selengkapnya:

*Cerita Para Pendemo*
Waktu saya sedang ngopi di sebuah warteg di daerah Depok, tiba-tiba ada dua orang berbaju seragam masuk ke dalam warung.
Melihat pakaian, gelagat dan penampilannya terlihat kalau mereka berdua habis melakukan demo. Tapi demo apa saya tdk tahu.
Yang mengagetkan, mrk berdua sangat ramah, mengucapkan salam kpd saya dan tersenyum.
"Habis demo bang??" tanya saya.
"Iya pak...", jawabnya sambil senyum.
Demo apa bang??
"Hehe...gak tahu! Pak, kita hanya diajak kok""Ooo gitu ya... ada amplopnya gak?? Sekali2 saya pengin Ikut demo."
Keduanya tertawa..."Ya begitulah Pak, cukuplah buat dapur. Soal politik, mah saya kagak ngarti.
Pokoknya selama Pak Jokowi jadi Presiden order demo datang terus Pak.Makanya kami pengin selamanya Pak Jokowi tetap menjadi Presiden."

ada seratusan lebih akun yang mengunggah status tersebut termasuk akun Facebook penulis dan pegiat media sosial yang terkenal, Denny Siregar.
Untuk mengetahui begitu banyaknya postingan ini di Facebook cukup dengan menyalin beberapa kalimat persis seperti status itu lalu dicari di kolom search Facebook, maka akan muncullah lebih dari seratusan akun yang mengunggah status 'Cerita Para Pendemo' tersebut.
Hingga tulisan ini diunggah belum diketahui apakah ini kisah nyata atau hanya karangan seseorang yang iseng demi sensasi tapi cerita ini jadi viral.

Gus Dur: Hingga 2030, Indonesia akan Mengalami Gonjang Ganjing




Tulisan KH Maman Imanul Haq Tentang Gus Dur

MusliModerat.net - Delapan tahun saya dekat dengan Gus Dur. Saya punya rekaman 95 menit dengan Gus Dur, dan itu tidak dimiliki oleh yang lain. Saat itu tiba-tiba Gus Dur minta dibawakan tim media saya. Gus Dur hanya memakai celana pendek sambil tiduran di ruang tamu minta direkam. "Pak sudah siap," kata saya.
"Ya sudah," jawab Gus Dur.
"Mohon Bapak pakai sarung," protesku karena tak pantaslah Gus Dur sebagai narasumber hanya memakai celana pendek.
Kata Gus Dur, "Lhoh, kan sumber utamanya Anda. Anda yang harus rapih. Saya hanya mendampingi."
Akhirnya saya minta Mas Munif, menantunya Mbah Abdul Jalil Mustaqim, untuk mengambilkan sarung. Lalu sarung itu diberikan ke Gus Dur dan hanya ditutupkan di atas celana. 90 menit tiba-tiba Gus Dur cerita soal kuliah dan belajar beliau.

Gus Dur itu sosok pendendam yang baik. Dulu pernah saya di pesawat bersama Gus Dur, saya ijin, "Mohon maaf, Nurcholis Majid mau ke rumah saya di Jatiwangi."
"Iya, dia mau jadi presiden. Tapi nggak mungkin," jawab Gus Dur.
"Tapi Cak Nur bilang Pak," kata saya. "Apa sih yang salah dengan saya? Gus Dur itu baca satu ayat dua ayat, tapi terkenal dan diaku jadi wali. Tapi saya padahal sudah menyebutkan ayat, surat, tafsir dan referensinya masih saja disalahpahami." Kata Cak Nur yang saya tirukan.
Gus Dur hanya diam, sama sekali tidak bertanya kepada saya. Hingga kemudian saat Gus Dur bertemu saya di kediaman Tuan Guru Turmudzi Lombok NTB, beliau tiba-tiba ceramah dengan membaca 10 ayat yang panjang-panjang sekaligus menyebutkan ayat serta suratnya. Juga tiba-tiba Gus Dur membaca qasidah-qasidah dan puisi-puisi lama (berbahasa Arab) yang sangat panjang, beserta keterangannya lengkap. Waktu itu saya tidak tahu ada apa dengan Gus Dur yang tiba-tiba seperti itu.
Pas waktu pulang, saat di pesawat Gus Dur tiba-tiba memegang tangan saya dan berkata, "Anda dengerin ceramah saya di Lombok?"
"Dengar Pak!" jawabku.
"Catat, saya lebih hebat dari Cak Nur!"

Waktu itulah saya baru sadar saat di pesawat sebelumnya beliau hanya diam ternyata karena tidak terima dengan perkataan Nurcholis Majid yang saya sampaikan ke beliau. Gus Dur benar-benar sosok pendendam yang baik.
Saya belajar dari Gus Dur juga bahwa jadi manusia itu sangat berat. Saya teringat dan waktu itu saya baru sadar, ternyata shalatnya Gus Dur itu setelah wudhu kemudian duduk menghadap kiblat. Beliau juga mendawamkan wirid Ratibul Haddad menjelang akhir hayatnya.
Saya juga teringat saat Gus Dur dicium tangannya oleh Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa. Waktu itu saya dan Gus Dur sedang di bandara. Tiba-tiba Habib Mundzir al-Musawa yang hendak dakwah ke Papua menghampiri dan menciumi tangan Gus Dur seraya bersimpuh di hadapan Gus Dur. Lalu saya tanya, "Ada apa Bib?"
"Kalau wali ya Gus Dur, Kang Maman." Jawab Habib Mundzir.
Tiba-tiba Gus Dur bertanya kepada saya, "Itu siapa?"
"Habib Mundzir, Pak," jawab saya.
"Kalau ingin tahu wali yang muda ya Habib Mundzir. Tapi usianya tidak panjang," kata Gus Dur kemudian.
Gus Dur sudah menyebut Habib Mundzir al-Musawa akan meninggal dunia dalam usia yang sangat muda.

Gus Dur terkadang kalau marah itu menarik. Tiba-tiba saya disuruh bacain surat kabar, ada beberapa kiai yang menolak Gus Dur. Kemudian Gus Dur berkata, "Apa salah saya yah Kang Maman? Padahal saya tidak pernah berbuat salah kepada kiai-kiai itu."
Dalam masalah uang, saya pernah ceramah bareng Gus Dur. Waktu itu Gus Dur dapat amplop 50 juta, saya 5 juta. Ternyata punya saya yang 5 juta itu pun diminta Gus Dur,"Sini yang 5 juta Kang Maman!"
Lalu tiba-tiba oleh Gus Dur uang itu dibagi-bagi ke dalam beberapa bagian, dan dimasukkan ke dalam amplop. Gus Dur kemudian meminta saya untuk menuliskan satu persatu nama-nama kiai di amplop itu sesuai yang diucapkan Gus Dur; kiai anu dari Kalimantan, kiai anu dari Sulawesi, kiai anu dari perbatasan Sulawesi, dst.
Jadi Gus Dur tidak pernah punya dompet dan uang pun kadang-kadang selalu habis untuk dibagi-bagikan. Makanya sampai sekarang makam yang paling ramai dikunjungi orang Indonesia adalah makamnya Gus Dur. Gus Dur itu manusia, yang mampu memanusiakan manusia.
"Kenapa sewaktu Muktamar di Solo saya diusir pakai anjing?" Gerutu Gus Dur tidak terima.
Tapi saat turun ke bawah di Bandara Adi Sucipto, ada wartawan yang bertanya, "Gus, itu ada beberapa kiai yang menolak Anda."
Cara bertahan Gus Dur menarik. Gus Dur tiba-tiba tersenyum dan menjawab, "Ah kata siapa? itu yang bilang paling tukang becak pakai sorban."

Gus Dur mengijazahkan kepada saya di detik-detik terakhirnya, tanggal 7 Desember 2009, Ayat Kursi. Di kalimat "Wala Ya-uduhu dst..." dibaca 7 kali. Saya tanya, "Untuk apa Pak?"
"Untuk penjagaan saja. Indonesia akan mengalami masa-masa sulit, gonjang-ganjing, sampai tahun 2030-an." Jawab Gus Dur.

*Disampaikan oleh KH. Maman Imanul Haq, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka dan Ketua Umum LDNU Pusat dalam Pengajian Akbar dan Khataman Al-Quran Reuni IKABU (Ikatan Alumni Bahrul Ulum Tambakberas se-Jabodetabek).

Aksi Demo 299, Bendera Indonesia Kalah Jauh Dibanding Bendera Palestina dan HTI



MusliModerat.net - Puluhan ribu massa Aksi 299 terkonsentrasi di kawasan Jalan Jendral Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, tepatnya di depan Gedung DPR RI.
Aksi yang diprakarsai Presidum Alumni 212 itu membawa dua tuntutan yakni penolakan terhadap Perppu Ormas dan penolakan serta melawan kebangkitan PKI dan ideologi komunis.
Ribuan massa Aksi 299 itu datang bukan saja dari Jakarta, melainkan juga datang dari berbagai daerah di luar Ibu Kota.
Dari pantauan di lokasi, sebagaimana massa aksi, tampak terus berapi-api saat orator naik ke atas podium.
"Khilafah, khilafah, khilafah," seru sebagian besar massa aksi sambil mengepalkan tangan setelah orator tampil berapi-api.
Dalam aksi tersebut, massa aksi juga membawa sejumlah atribut, seperti bendera, poster, pamflet, spanduk, baliho dan lain sebagainya.
Aksi 299 didominiasi bendera Palestina, Al Liwa dan Ar Roya. Foto via Rmol
Aksi 299 didominiasi bendera Palestina, Al Liwa dan Ar Roya. Foto via Rmol
Tetapi, dari pandangan mata sepanjang barisan massa, hanya sangat sedikit dari mereka yang mengibarkan bendera negara Indonesia, Sang Merah Putih.
Ironisnya, bendera Indonesia kalah jauh jumlahnya jika dibandingkan dengan bendera Palestina dan bendera HTI Ar Roya juga Al Liwa bertuliskan "La Ilaha Illah Muhammad Rasulullah" dengan warna hitam dan putih.
Bendera Palestina, Al Liwa dan Ar Roya itu tampak berukuran sangat besar. Tak sedikit yang mengibarkannya dengan membawa tiang atau kayu cukup tinggi.
Sementara bendera Merah Putih yang diusung sejumlah orang seakan tenggelam.
Sebelumnya, Ketua MUI KH Ma'ruf Amin menyebut bahwa aksi tersebut tak perlu dilakukan.
Alasannya, kebangkitan PKI dan isu komunisme itu sama sekali tak relevan. Ia menegaskan, isu kebangkitan PKI tersebut sudah tidak ada lagi.[pojoksatu.id]

Orasi Demo 299, Felix Siauw: Rezim Jokowi Rezim Firaun




MusliModerat.net - Cara Joko Widodo memimpin Indonesia disamakan dengan kekejaman Firaun memimpin Mesir di zaman kuno.

Salah satu bukti kediktatoran Jokowi adalah penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti UU atau Perppu 2/2017 tentang organisasi kemasyarakatan.

"Rezim sekarang ini sama saja dengan Firaun, yang mengeluarkan Perppu untuk membunuh semua anak laki-laki agar kekuasaannya tidak terancam," kata ustad HTI, Felix Siauw, saat berpidato di tengah Aksi 299, kawasan Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (29/9).

Felix yang dijuluki sebagai ustad itu sangat yakin perumpamaan tentang Firaun sangat tepat untuk menggambarkan perilaku rezim Jokowi.

Dia meramalkan, Perppu Ormas yang sudah membuahkan pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan menghadirkan pembubaran-pembubaran Ormas lain yang dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah.

"Kalau dalam kondisi darurat dan penting, tentu kami terima adanya Perppu. Tetapi ini kan Perppu yang dikeluarkan untuk memaksakan kepentingan rezim," tegas Felix.

Ia terang-terangan menuduh rezim Jokowi Anti Islam. Menurutnya, pembubaran HTI dilandasi ketidaksenangan pemerintah terhadap gagasan membentuk khilafah.

"Apa yang salah dari khilafah? Apakah khilafah menyalahi Pancasila?" tanya Felix, yang disambut bantahan dari barisan massa aksi.

Selain menolak Perppu Ormas, demnstrasi besar yang dimotori oleh Presidium dan Alumni Aksi 212 ini mendesak DPR menolak usulan pencabutan TAP MPRS 25/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI). [ald/rmol.co]

Demo 299, Massa FPI dan HTI Terus Teriakkan "Khilafah"




MusliModerat.net - Massa FPI dan HTI  yang beraksi di depan Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat terus meneriakkan penolakan atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perpu Ormas). Mereka mendesak Perppu itu tak diberlakukan. Selain itu mereka juga menyuarakan perlawanan kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam aksi ini, massa tak henti meneriakkan agar Indonesia berdiri di atas syariat Islam atau Khilafah. "Khilafah, khilafah, khilafah," ujar massa di depan Gedung DPR, Jumat (29/9).
Dalam aksi ini hadir juga pentolan Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga mantan ketua MPR Amien Rais. Secara tegas dia meminta pemerintah menganulir ataupun membatalkan Perppu Ormas.
"Kami minta Pak Jokowi (Presiden) untuk Perpu itu jangan disahkan," ujar Amien Rais melalui pengeras suara di mobil komando.
Seperti diketahui, dalam aksi ini pihak kepolisian menurunkan sebanyak 20 ribu personel untuk amankan aksi yang bernama 299.
"Ada 20.000 personel yang telah kita siapkan untuk pengamanan kegiatan ini. Jadi masyarakat enggak usah khawatir ya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Komplek Parlemen, Senayan. [merdeka.com/ed]

Jumat, 29 September 2017

Subhanallah !! Berkat Didikan Kyai NU, anak PKI ini Jadi Kyai


MusliModerat.net - Terlahir dari keluarga PKI, Setiono akhirnya disuruh ibunya mondok ketika beliau masih belia. Kematian paman yang mengasuhnya sejak kecil adalah spirit yg menguatkannya mondok. Maklum, pamannya mati karena disembelih Banser karena terlibat PKI pada tahun 1966 atas instruksi Jenderal Soeharto.

Pilihan ibunya adalah memondokkan Setiono berguru ke Kyai Muchtar (panggilan ayah saya KH. Achmad Muchtar Ghozali) yang baru pulang mondok di Ketapang Kepanjen di bawah asuhan Romo Kyai Mohamad Said pada tahun 1967.

Kyai Said adalah ulama kharismatik dari Malang, santri Kyai Khozin Siwalan Panji dan Kyai Hasyim Asyari. Beliau dikenal sebagai waliyullah dan ulama nasionalis karena ilmu laduni dan 'kejadugannya' menggembleng para santri dalam melawan penjajah belanda, jepang hingga pemberontak PKI.

Selain karena alasan paling dekat rumah, PPAI Darun Najah yang diasuh Kyai Muchtar memang pondok satu satunya yang ada dan berdiri di Tlogosari (nama desa saya sebelum diganti dengan Ngijo). Maklum, Tlogosari sebelum '66 adalah desa basis PKI terbesar untuk wilayah Malang utara.

Maka untuk menutup masa lalu yang kelam dan 'ngabang' (abangan), kyai Muchtar pun mengganti nama Setiono menjadi Burhan. Bahkan tahun '70an setelah banyak santri yang mondok dan banyak musholla berdiri di Tlogosari, kepala desa pun mengganti desa Tlogosari menjadi Ngijo agar bercorak NU untuk menghilangkan kesan abangan yang selama ini melekat pada Tlogosari.
Sebab, sebelum tahun '65 memang hanya ada satu masjid dan satu musholla berdiri di dusun Tlogosari yakni masjid al Qurba di kidul embong yang asalnya musholla yang didirikan mbah Ahmad, kakek Kyai Muchtar dan musholla lor embong yang didirikan ayah beliau, mbah Ghozali.

Sreeeeet ___________
Dua tahun mondok, Burhan pun dikenal banyak orang karena kepiawaiannya berceramah dan berdakwah. Bahkan tahun '70 Burhan menjuarai lomba pidato santri se Karangploso Singosari hingga membuat dia sering dapat job undangan ceramah.
Namun Danramil Karangploso ketika itu tahu, Burhan adalah anak PKI. Sehingga dengan pressure ala ABRI jaman orba dan alasan waspada terhadap bahaya laten PKI, Burhan pun dibredel. Kyai Muchtar pun dipaksa membubarkan pondok yang sudah diasuh selama 4 tahun dengan alasan telah melindungi PKI hingga semua santri dipaksa pulang.

Namun selang hampir satu bulan setelah melalui proses negosiasi spiritual dan sosial politik yang dilakukan kyai Muchtar, Burhan dan kawan kawan pun akhirnya bisa kembali ke pondok. Kyai Muchtar pun melanjutkan tugas mendidik para santri, meski Burhan tidak bisa lagi ceramah sebebas sebelumnya.

Sreeeeet ___________
Tahun 1972 adalah tahun ujian bagi Burhan. Jiwa muda dan pubertas memang kadang membuat santri tidak menurut. Hal itu membuat Burhan ditakzir (dihukum) sang guru akibat pelanggaran pasal 'genda'an' yang dilakukan. Burhan pun dititipkan Kyai Muchtar ke Gus Pud (Kyai Mahfud Tasikmadu santri mbah Sahlan Krian) agar tirakat puasa.
Setahun pun berlalu, Burhan yang ikhlas menjalani hukuman itupun didawuhi sang guru; "Awakmu muleh opo mbalik nang pondok, bur? Yen muleh kudu mulang. Yen mbalik mondok kudu ngaji".

Burhan yang sudah cukup dewasa akhirnya memohon izin pulang dengan izin dan restu sang guru. Dan kini Burhan yang bernama asli Setiono anak PKI itu telah menjelma menjadi sang kyai di kampungnya dan memiliki lembaga pendidikan bernama PPAI as Saidiyah di Ngenep Karangploso.
Kisah ini bukan saja diceritakan abah saya, tapi juga diceritakan cak Burhan langsung kepada saya sambil terisak tangis terharu ketika berada Makah sewaktu menjalankan ibadah haji tahun 2004 dan bertemu saya. Bahkan beliau kini sudah menjalankan haji dan umroh beberapa kali secara gratis sebagai keberkahan menjadi Kyai.

Sreeeeet _____________
Kisah kampung saya bernama Tlogosari yang sebelum '66 'ngabang' (merah karena PKI) namun kini berubah Ngijo (hijau karena NU) serta kisah Kyai Burhan yang berasal dari keluarga PKI namun menjelma menjadi Kyai hanyalah satu cerita dari puluhan cerita yang saya punya.
Maka bagi siapapun yang terobsesi 'hunting' PKI di Indonesia akibat kekenyangan makan 'gorengan menjes' PKI; bagi para pengikut bumi datar yg selalu dihinggapi rasa phobia, dendam dan benci akibat terhipnotis orasi politisi 'busuk' yang suka menakut nakuti dengan mengatakan bahwa ada 60 juta PKI yang bangkit mengancam negeri ini..

Saya mengundang anda ke kampung saya karena saya masih memiliki puluhan cerita dan bukti lain selain Kyai Burhan yang kini telah menjadi orang manfaat bagi umat agar mengerti bahwa rekonsiliasi itu jauh lebih baik daripada menakuti nakuti. Dan mengubur pahitnya masa lalu itu jauh lebih mulia daripada membangkitkan kepedihan masa lalu.
Tapi bagi mereka yang cerdas, memiliki hati luas dipenuhi cinta kasih dan pemaaf pada sesama, serta optimis dengan kemajuan NKRI, Kyai Burhan adalah satu diantara tanda kebesaran Allah dalam memberikan rahmat kepada orang yang dikehendaki.

Bagaimana orang yang dulu dianggap nista sebagian orang karena PKI kini menjadi makhluk mulia karena kemuliaan akhlak yang dimiliki. Justru orang yang merasa paling benar dan paling suci karena tidak pernah berurusan dengan PKI itu kini menistakan diri dengan keburukan moral akibat termakan fitnah keji.

Sreeeeet ___________
Dan bagi para politisi busuk negeri ini, jika berambisi meraih tampuk kekuasaan atas negeri ini, tidak adakah cara yang lebih elegan dan bermoral selain dengan mengobok obok kedamaian dengan membuat opini sesat yang bisa memecah belah persatuan bangsa ini?

Masa lalu sejarah memang tidak bisa dipungkiri. Tapi optimis dengan masa depan adalah modal untuk membangun negeri. Karena persatuan dan kesatuan bangsa adalah pondasi untuk membangun kejayaan bangsa yang berdiri kokoh diatas tetesan darah para pahlawan negeri ini.

Salam pancasila sakti ..
Jaga persatuan dan NKRI..

Dishare dari Mas Yazid Tom's

Hasil Survey: Mayoritas yang Percaya PKI Bangkit lagi adalah Pendukung PKS dan Gerindra



MusliModerat.net - Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mengungkap bahwa mayoritas publik tidak percaya isu PKI bangkit. Di antara sedikit yang percaya, mayoritas adalah pendukung PKS dan Gerindra di Pileg 2014 serta Prabowo Subianto di Pilpres 2014.

Survei ini dilakukan kepada 1.220 responden yang dipilih dengan cara random (multistage random sampling). Margin error 3,1 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden yang terpilih diwawancarai lewat tatap muka.

Survei dirilis pada Jumat (29/9/2017). Responden ditanya pendapatnya soal isu PKI telah bangkit lagi.

Ada 37% pemilih PKS yang percaya bahwa saat ini sedang terjadi kebangkitan PKI. Presentase itu adalah yang paling tinggi dan diikuti dengan 20% pemilih Gerindra yang percaya PKI kini bangkit lagi.

Urutan berikutnya terkait pemilih partai yang percaya PKI kini bangkit lagi adalah PAN 18%, Hanura 17%, PPP 16%, Demokrat 14%, PDIP 11%, PKB 11%, NasDem 6% dan Golkar 6%.

Survei SMRC juga memperlihatkan bahwa 19% pendukung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014 percaya bahwa saat ini sedang terjadi kebangkitan PKI. Sementara itu, ada 10% pendukung Jokowi-JK yang percaya hal itu. 

"Opini masyarakat tentang adanya kebangkitan PKI cukup beririsan dengan pendukung Prabowo, dan dengan beberapa pendukung partai politik, terutama PKS dan Gerindra," demikian kesimpulan dari Survei SMRC. 
(imk/tor/detikcom)

Presiden dan Panglima TNI Nobar Film G30S/PKI, Tuduhan Jokowi pro PKI Gagal Maning Son !!




MusliModerat.net - Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo hadir dalam acara nonton bareng (nobar) film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI di di Makorem 061/Suryakancana, Kota Bogor, Jumat (29/9) malam.

Mengutip Antara, keduanya, menonton film bersama ribuan orang yang memadati lapangan tenis Makorem 061/Suryakancana Bogor, Jawa Barat.
Pemutaran film berdurasi 271 menit itu dimulai dari pukul 20.00 WIB.

Jokowi yang mengenakan jaket berwarna merah, duduk di barisan paling depan dengan pengawalan ketat dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Sementara, Gatot tiba di lapangan tenis Makorem 061/Suryakencana sekitar pukul 23.29 WIB. Hadir pula, Danrem 061/Suryakancana Kolonel Inf Mirza Agus, Dandim 0606/Kota Bogor Letkol Arm Doddy Suhadiman, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya, Wakalpolresta AKBP Rantau, dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Danrem 061/Suryakencana Kolonel Inf Mirza Agus mengatakan, sebelum nobar bersama Presiden, Korem 061/Suryakancana telah memutar penayangan film di Makorem dengan versi yang singkat.

"Khusus malam ini kita nonton bersama masyarakat," kata Mirza.

Mirza berharap, melalui kegiatan nobar Film G30S/PKI, kebersamaan antara TNI, Polri dan masyarakat dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan Ikut Nobarnya Jokowi, Fitnah mereka kepada presiden dituduh pro Komunis gagal maning, apalagi nobarnya bareng Jenderal TNI Gatot Nurmantyo tambah gagal maning usaha adu domba Presiden dan TNI. 

Besok masuk Bulan Oktober, isu PKI sudah basi untuk dibesarkan lagi, kita tunggu Episode Isu Selanjutnya ...

Wiranto Bingung, PKI Sudah Dilarang Sejak Dulu kok Masih di Demo




MusliModerat.net - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto angkat bicara terkait aksi unjuk rasa "299" yang digelar pada Jumat (29/9/2017).

Aksi tersebut digelar untuk menolak penerbitan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) dan isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Wiranto mengaku bingung dengan adanya aksi unjuk rasa menolak PKI. Pasalnya, pemerintah secara jelas melarang ideologi komunisme dan ideologi radikal lainnya yang bertentangan dengan Pancasila.

"Kan PKI sudah dilarang memang. Ketetapan MPR kita masih melarang organisasi yang berafiliasi pada paham komunisme, marxisme, dan leninisme," ujar Wiranto usai pertemuan dengan Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) se-jabodetabek, di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (29/9/2017).


"Bahkan dalam perppu Ormas, kita tambah dengan ideologi radikal lainnya yang bertentangan dengan Pancasila," ucapnya.

Wiranto menilai aksi unjuk rasa 299 tidak perlu dilakukan sebab pemerintah dengan tegas melarang seluruh ideologi yang bersifat radikal.

Sementara terkait ketidaksetujuan masyarakat terhadap Perppu Ormas, seharusnya bisa disalurkan melalui mekanisme judicial review di Mahkamah Konstitusi.


"Artinya ekstrem kanan dan kiri yang mengganggu ideologi Pancasila sudah kita larang. Pemerintah sudah melarang, sekarang yang didemo apalagi sebenarnya. Saya tanya ke tokoh-tokohnya, yang didemo apalagi," kata Wiranto.


"Apalagi mendemo perppu ormas. Kan ada prosesnya. Kalau tidak setuju bisa di-judicial review lewat MK. Kan kita tunggu saja. Didemo juga tidak ada pengaruhnya. Justru membuat mencekam," tutur Mantan Panglima ABRI itu.

Selain itu, Wiranto berharap masyarakat tidak mudah bereaksi dengan isu-isu yang tidak jelas, seperti mengenai kebangkitan PKI. Masyarakat juga diminta tidak membuat aksi unjuk rasa yang merusak, menimbulkan situasi mencekam dan kerusuhan.

"Kita harus berpikir jernih agar tidak diombang-ambing karena sesuatu yang tidak jelas. Demo ini membuat teman-teman pengusaha pada tanya ke saya. Ini bagaimana pak? Gawat atau enggak? Kita perlu ke luar negeri enggak," ujarnya.[kompas.com]

Sumpahku, Tak Sudi Aku Cium Tangan Gus Dur



MusliModerat.net - Saat nyantri di sebuah pesantren, bahkan awal-awal kuliah ada 2 hal yang ekstrim dan kaku dalam cara pandang dan sikap keislamanku. Pertama, saya anti Pancasila. Kedua, sumpahku: saya tidak akan cium tangan Gus Dur. Mengapa? Wali ke-10 ini, dulu saat saya baru melek dunia intelektual, bagi saya merusak Islam, agen Yahudi dan pemikirannya aneh, nyeleneh dan bikin pusing. Gak mudeng..!

Padahal, secara sosiologi dan budaya saya lahir dari keluarga NU.KH. Zayyadi, kakekku santri Mbah Kholil. Waliyullah dan guru bagi kiai-kiai se-Madura dan Jawa. Satu "kotakan", gubuk dan ruangan dengan KH. As'ad Syamsul Arifin Situbondo.

Bagaimana saya bisa cinta pemikiran keislaman Gus Dur?Bgimna sy batalkan sumpah,bahkan dengan lahap mencium tangannya?

Akhir 99, pasca lepas dari sektariat Golkar di MPR, saya ngajar di SMU Madania Bogor. Sekolah berasrama ini digagas oleh Cak Nur. Di sinilah saya mulai dekat, mengenal, membaca dan sesekali ngobrol bila beliau datang. Secara intens saya diasah oleh suhu Nafis, muridnya dan direktur boarding ini. Sejak itu saya menikmati garis metodologi dan ideologi keislaman, keindonesian dan kemodernan. Akrablah saya dengan istilah inklusivisme, al-hanifiyat al-samhah, toleransi, pluralisme, egaliter, Piagam Madinah dll. Pokoknya wacana Islam kontemporer.

Saat nempuh S-2, saya lebih dekat lagi dengan Cak Nur. Saya jadi staf di Yayasan Wakaf Paramadina. Bahkan diusulkan jadi sekpri beliau. Tak jadi karena hal lain.

Cak Nur dan Gus Dur itu berkeluarga dan berkarib sangat dekat. Itulah penyambung saya ke Gus Dur. Kapan saya awal kali nyium tangan Gus Dur?

Saat ultah Paramadina. Saat itu saya jadi penanggung jawab Klub Kajian Agama (KKA). Rangkaian acaranya,salah satunya bedah buku. Lokasinya di kampus Paramadina. Narsumnya Gus Dur dan Kang Jalal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Para undangan: ada menteri, pejabat, dosen, para civitas kampus dan jamaah sudah resah. Gus Dur tidak muncul2. Sebagai penanggung jawab acara saya panas dingin. Ketua Yayasan suda gak sabar dan minta tanggung jawabku.

Saya telpon mas Sulaiman, ajudan Gus Dur. Beliau ada di PBNU. Tapi, "Gus Dur tidur mas. Saya tidak berani bangunin", katanya. Waduh, mumet, keringatan dan meriang diriku.

Saya membeku di teras lobby kampus . Sendirian. Lalu saya baca fatihah. "Gus, bangun. Kalau tidak, sungguh saya tidak akan pernah cium tangan jenengan", batinku bicara mengarah ke Gus Dur. Tiba2, Sulaiman telpon. "Gus Dur sudah bangun dan otw ke kampus", infonya.

Tak lebih 15 menit mobilnya sudah tiba di halaman kampus. Saya songsong kursi rodanya. Saya jemput tangannya dan saya cium beberapa kali. "Maafkan saya Gus", kataku. "Tak apa.Kamu kan gak kenal saya saat itu", jawabnya. Lho, ya, Allah, bagaimana ia tahu sumpah kurang ajarku saat masa lalu?!. Aku kangen jenengan Gus. Lahu alfatihah.

Pengakuan mohamad monib via Sarkub

Kamis, 28 September 2017

Pendemo Minta Patung Tugu Tani Ditangkap, Karena Bertahun-tahun Bawa Senjata




MusliModerat.net -  Selain aksi massa 299 di depan Gedung DPR untuk menolak Perppu Organisasi Kemasyarakatan dan Dugaan Kebangkitan PKI, massa juga akan melakukan aksi di depan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Jumat (29/9).

Tugu Tani disasar karena dituding massa aksi yang digagas Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Antikomunisme dan Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) sebagai simbol komunis. Padahal, berdasarkan keterangan Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam, Tugu Tani justru terkait pembebasan Irian Barat.

"Menurut saya siapapun boleh berpendapat. Tapi, saya percaya dari [keterangan] senior-senior saya para pegiat antikomunis dan para purnawirawan bahwa Tugu Tani adalah simbol PKI," ujar Koordinator FUIB Rahmat Himran kepada wartawan di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (28/9).

Tak hanya itu, Rahmat pun menegaskan bahwa Tugu Tani adalah simbol komunisme yang masih tersisa di tengah kota Jakarta. Patung itu menggambarkan seorang perempuan dan lelaki bercaping memegang senapan dengan bayonet.

"Patung ini dibangun karena terjadinya sejarah kelam peristiwa PKI di Indonesia, dengan menggambarkan patung tani yang menari, memegang senjata dan pakai topi petani. Ini PKI sekali," ujar Rahmat.

Atas dasar itu, Rahmat dan kawan-kawan pun menilai patung yang sebetulnya diletakkan dan diresmikan Presiden pertama RI, Sukarno silam sangat cocok untuk dijadikan tempat aksi menolak komunisme yang ditudingnya hendak tumbuh lagi di Indonesia.

Selain itu Sekjen FUI Al Khaththath Minta Patung Tugu Tani Ditangkap karena Melanggar Undang-undang dengan bukti bertahun-tahun bawa senjata. Simak video berikut ini:



Sementara itu, sebelumnya di waktu dan tempat terpisah, kepada CNNIndonesia.com, Asvi menerangkan sejarah tentang kehadiran Tugu Tani.

"Tema idenya bercerita tentang seorang ibu yang melepas anaknya yang mau pergi perang. Itu simbol petani, itu simbol rakyat yang mendukung perjuangan militer membebaskan Irian Barat, bukan tentara komunis," ujar Asvi.

Pada tembok yang menopang keberadaan patung itu disematkan pula prasasti bertuliskan, 'Hanja Bangsa Jang Menghargai Pahlawan-Pahlawannja Dapat Mendjadi Bangsa Jang Besar'.

Kemudian, patung itu menjadi sumbangan Uni Soviet kepada Indonesia sebagai dua negara yang bersahabat kala itu. Sedari dulu pun, Uni Soviet banyak membantu pembangunan di Indonesia, misalnya Stadion Gelora Bung Karno di Senayan, yang pada masa Orde Baru namanya diubah menjadi Stadion Utama Senayan.

Karena itu, Asvi menilai, aksi 299 yang salah satunya berlokasi di Tugu Tani menjadi tidak 'nyambung' antara konteks sejarah dan tema aksi yang bertujuan mengingatkan kembali bahaya komunisme.

"Jadi tidak masuk akal, karena konteksnya Tugu Tani itu simbol perjuangan Pembebasan Irian Barat, bukan komunis," ujar Asvi.[mm]

Pendemo 299 Tersinggung Isi Spanduk di Pagar Gedung DPR



MusliModerat.net - Peserta aksi 299 merasa tersinggung dengan spandung yang terpasang di pagar pembatas antara Kompleks Parlemen dengan Jalan Tentara Pelajar, Senayan. Spanduk berukuran sekitar 5x2 itu, bertuliskan "Demo mulu, Demo lagi, Bosen, Masyarakat sudah capek, Demo tidak produktif".

Para peserta unjuk rasa yang tergabung dalam Aksi 299 itu mengeluhkan dan menilai tulisan dalam spanduk itu berbada provokatif.
"Tentu saya tersinggung, jelas ini sudah provokatif. Kami demo juga dengan aturan kami hormati pihak lainnya. Seharusnya mereka juga menghargai kami," keluh Muhammad Iqbal, peserta aksi asal Bogor, Jumat (29/9).

Apalagi tersebut mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Ingin Damai dengan singkatan Almaida. Tentu saja, kata Iqbal, spanduk itu berniat untuk memancing emosi para peserta aksi. Iqbal berharap pihak berwenang untuk segera menurunkan spanduk tersebut.

Rencananya Aksi 299 sendiri dimulai pukul 13.00 WIB di depan gerbang Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat. Aksi yang melibatkan ribuan massa Umat Islam itu juga akan dihadiri sejumlah tokoh nasional.

Diantaranya, mantan Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) RI periode 1999-2004, Amien Rais. Kemudian mereka juga mengundang penyair kondang, Taufiq Ismail, dia akan membacakan puisi terkait kebangkitan PKI.

Ada dua hal yang disampaikan dalam aksi tersebut. Pertama mereka dengan tegas menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Masyarakat, atau Perppu Ormas. Kedua mereka juga menolak kebangkitan paham komunis dalam hal ini adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).[republika.co.id]

Demo Tolak Perppu Ormas Berarti Bela Ajaran Ateisme, Komunisme dan Marxisme-Leninisme



MusliModerat.net - Ini salah satu isi Perppu 2/2017. Pada pasal 59, ayat 4c, bunyinya adalah :
Ormas dilarang : Menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Nah, pada lembaran penjelasan untuk pasal tersebut dikatakan :
Yang dimaksud dengan 'ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila' antara lain ajaran ateisme, komunisme/Marxisme-Leninisme, atau paham lain yang bertujuan mengganti/mengubah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jelas, kan, ajaran atehis, komunisme, Marxisme-Lenimisme adalah salah satu yang dilarang oleh Perppu ini. Selain tentu saja organisasi lain yang ingin mengganti Pancasila, seperti HTI dan gerombolannya.

Menuntut dicabutnya Perppu 2/2017 adalah salah satunya upaya untuk membangkitkan kembali ajaran komunisme di Indonesia. Setidaknya mereka tidak sepakat jika ada organisasi masyarakat berhaluan komunis dibubarkan pemerintah.
Kalau ada yang demontrasi dengan tuntutan pencabutan Perppu Ormas ini, kita tahu arahnya kemana. Mereka tidak mau organisasi berhaluan komunis dan ormas lain yang menentang Pancasila dibubarkan.
"Tapi mereka demontrasi bawa-bawa Islam, mas? Jadi tujuan mereka berdemonstrasi apa?," tanya saya"

"itu kan kebiasaan mereka bawa-bawa agama" cetusnya.

Gus Dur: Politik itu Seni Tipu-tipu


MusliModerat.net - POLITIK ITU SENI. ADA SENIMAN HEBAT, ADA SENIMAN CÊKÈTHÈR
Ini sudah pernah saya tulis di Terong Gosong duluuu sekali. Saat ini kayaknya ada momentum yang sesuai, tapi rasanya malas mendukiri timbunan terong gosong yang sudah menggunung gitu. Enakan saya tulis ulang saja.

Otto Eduard Leopold, Pangeran Bismarck, Bangsawan dari Lauenburg, belakangan terkenal sebagai Otto von Bismarck, seorang negarawan Prussia (Jerman lama), mengatakan bahwa politik adalah seni tentang apa yang mungkin (dicapai), "Politics is the art of the possible".
Suatu hari kondisi kesehatan Gus Dur anjlog. Dokter-dokter ribut hendak membawanya ke rumah sakit, tapi beliau ngotot nggak mau. Dibujuk, dirayu, digrênjik-grênjik, beliau malah tambah keras menolak. Sampai kemudian fisiknya sendiri yang menyerah dan beliau pun pingsan. Barulah orang-orang bisa menggotongnya kedalam ambulan untuk dilarikan ke rumah sakit.
Setelah beberapa hari, kondisi kesehatan beliau berhasil dipulihkan. Dokter bilang, beliau sudah boleh pulang. Tapi saat orang-orang hendak berkemas, Gus Dur melarang.

"Aku mau di sini saja!" katanya.
Nyai Sholihah Yusuf, sepupu beliau yang adalah ibundanya Saifullah Yusuf, jadi bingung,
"Yak apa sé, Dik? Sampeyan kemaren sakit nggak mau dibawa ke rumah sakit. Sekarang di rumah sakit sudah sembuh, malah nggak mau pulang".
"Wingi iko aku loro api-api waras. Saiki aku waras api-api loro", kemaren dulu itu aku sakit pura-pura sehat, sekarang aku sehat pura-pura sakit.
Sebelum itu, di Istana Negara, dalam satu pertemuan empat mata dengan Ketua Umum Partai Golkar --waktu itu, Akbar Tanjung-- Presiden Abdurrahman Wahid berkata,
"Politics is the art of deception", politik itu seni tipu-tipu.

BREAKING NEWS: Jonru Ginting Resmi Jadi Tersangka Kasus Ujaran Kebencian




MusliModerat.net - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menetapkan pegiat media sosial Jon Riah Ukur alias Jonru Ginting, sebagai tersangka kasus dugaan penebar kebencian, Jumat (29/9/2017).

Saat ini Jonru masih menjalani pemeriksaan di ruang Ditreskrimsus PMJ.
"Tadi pagi sudah ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian. Dikenakan pasal 28 ayat 2 UU ITE," kata Djuju Purwantoro, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bang Japar, ketika dihubungi Warta Kota, Jumat (29/9/2017).
Perbuatan yang dilarang dalam pasal 28 ayat (2) UU ITE adalah dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
"Jonru diperiksa sejak kemarin sore. Sampai sekarang juga masih diperiksa. Tapi sudah sebagai tersangka," imbuhnya.
 Jonru telah dilaporkan tiga kali di Mapolda Metro Jaya. Laporan pertama dilakukan oleh pengacara bernama Muannas Al Aidid, Kamis (31/8/2017), atas tuduhan penyebaran ujaran kebencian.
Kedua, seorang pengacara bernama Muhamad Zakir Rasyidin melaporkan akun Facebook Jonru Ginting, Senin (4/9/2017), atas kasus pencemaran nama baik dan atau fitnah yang bermuatan kebencian dan SARA.
Ketiga, Muannas Al Aidid kembali melaporkan akun Facebook Jonru Ginting, Nugra Za, dan akun Twitter Intelektual Jadul Flato ke Polda Metro Jaya, Selasa (19/9/2017).
Pelaporan dibuat karena akun tersebut telah menyebar fitnah dan menyasar kliennya, yakni menyebutnya sebagai anak pimpinan PKI. (*tribunnews.com)

Mantan Panglima TNI: Kalau Semua Jendral Main Politik, Siapa yang Mikirkan Petani




MusliModerat.net -  Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn)Moeldoko mengungkapkan alasannya memilih bertani daripada terjun ke dunia politik setelah pensiun dari jabatannya sebagai panglima.
Menurut Moeldoko, jika semua jenderal berpolitik, tidak akan ada jenderal yang fokus pada sektor pertanian.
"Kalau semuanya, para jenderal berpikir tentang politik, siapa yang akan berpikir tentang kesejahteraan petani," katanya saat menghadiri Dies Natalis ke-9 Politeknik Kota Malang, Kamis (28/9/2017).
Dikatakan Moeldoko, sistem pertanian di Indonesia masih tertinggal. Penggunaan teknologi pertanian masih minim sehingga hasil pertanian belum optimal.
"Kita masih cara-cara tradisional. Buktinya adalah harga padi kita itu masih terlalu mahal. Kenapa begitu, berarti proses produksinya tinggi. Berarti ada yang salah. Di mana salahnya, di teknologi," tegasnya.
Dijelaskannya, cara-cara tradisional yang digunakan para petani membuatnya harus kehilangan hasil pertaniannya sebesar 10 persen. Terutama pada pertanian padi. Karenanya, ia menganggap harus ada sentuhan teknologi. Mulai dari pengolahan lahan, tanam, sampai pada pasca-panen.
"Pasca-panen yang dijalankan secara trandisional, petani akan kehilangan padinya 10 persen. Kelihatannya kecil 10 persen, tapi kalau kita nanamnya 10 hektar, 10 persen itu berapa," jelasnya.
Moeldoko mengatakan, para petani di Indonesia masih banyak mengalami persoalan. Mulai dari pengolahan lahan hingga proses pasca-panen. Untuk pengolahan lahan, Moeldoko penyebutkan bahwa lahan pertanian sudah rusak akibat pestisida yang berlebih. Hal itu salah satunya ditunjukkan oleh hilangnya ekosistem di lahan tersebut.
"Ekosistem sekarang tidak berjalan dengan baik. Ular sudah tidak ada di sawah. Kenapa, karena tidak ada kodok. Kenapa tidak ada kodok karena pestisida. Yang datang hanya tikus," katanya.
Karenanya, Moeldoko menyebut harus ada upaya untuk mengembalikan kondisi lahan pertanian. Salah satunya adalah dengan mengelola lahan menggunakan bahan-bahan organik.
"Semuanya kita kelola dengan bahan-bahan yang organik. Harapan kita, kita menghasilkan makanan yang sehat. Sehingga Indonesia memiliki manusia yang unggul karena memakan makanan-makanan yang sehat," katanya.
Produktivitas hasil pertanian juga harus ditingkatkan untuk menyejahterakan masyarakat petani.
KOMPAS.COM/Andi Hartik
Berita ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Moeldoko: Kalau Semua Jenderal Berpolitik, Siapa yang Akan Memikirkan Petani"

Fans Page Jonru Ginting Wassalam , Begini Kronologinya



MusliModerat.net - Kami mendapatkan info mengejutkan dari salah seorang pembaca perihal akun fans page jonru ginting yang sudah berjumlah 1.400.000 lebih

Kabarnya akun fans page jonru ginting sudah tidak lagi aktif dan bukan dalam kendali jonru ginting sendiri

Berikut ini pengumuman penting dari akun Jonru Official :Pengumuman Penting :

Sejak tanggal 26 september 2017 saya sudah kehilangan akses ke fan page Jonru Ginting

Terlalu panjang untuk saya ceritakan . 

Namun yang jelas, dengan berat hati kita harus say goodbye kepada fan page jonru ginting yang jumlah likernya hampir 1,5 juta tersebut 

Namun saya berharap teman- teman tidak perlu meng-unlike fan page tersebut

Sebab tim kami akan terus berusaha , siapa tahu suatu saat nanti bisa kembali mendapatkan akses ke fan page jonru ginting yang asli " demikian keterangan jonru ginting sebagaimana yang didapatkan beraninews.com dari salah seorang pembaca


Tim kami berusaha mengecek akun fans page Jonru Ginting dan ternyata memang benar sekali bahwa akun fans page penebar hoax dan fitnah tersebut terakhir kali kirim postingan senin 25 /09/17 dan pada hari selasa tanggal 26/09/ 17 hingga sekarang  sudah tidak ditemukan lagi postingan dari akun tersebut

Berita soal jonru ginting yang kehilangan akses atas akun fan page nya kemungkinan besar 100 % akurat

Ucapkan Say Goodbye selama lamanya buat akun penebar fitnah Jonru Ginting